Gamping/Mediacenter – Minggu (17/2/2019) pukul 09.00 WIB, Batik memang sudah ada sejak lama di Indonesia, tetapi menjadi bertambah populer ketika United Nations Educational, Scientific, and Culture Organization (UNESCO) memberikan pengakuan dan mengesahkan secara resmi Batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia pada tanggal 2 Oktober 2009 dan tanggal tersebut dijadikan sebagai Hari Batik.
Upaya mengenalkan batik bermajas khas peranakan Tionghoa nusantara pada generasi muda Panitia Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) menggelar ajang kreatifitas desain batik peranakan khas Yogyakarta. Kompetisi yang diperuntukkan bagi pelajar tingkat Taman Kanak-Kanak hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) se-Daerah Istimewa Yogyakarta ini dihelat di depan Panggung Utama PBTY ke XIV, Kampoeng Ketandan, Kota Yogyakarta.
Event yang pertama kali diselenggarakan di arena PBTY ini diikuti oleh puluhan anak-anak dengan didampingi orang tuanya. Peserta tampak antusias mengikuti lomba yang dibedakan menjadi 5 kategori yakni siswa TK (kategori A), siswa Sekolah Dasar kelas 1-3 (kategori B), siswa Sekolah Dasar kelas 4-6 (kategori C), siswa Sekolah Menengah Pertama (kategori D) serta siswa SMA/SMK (kategori E).
Seluruh peserta lomba mengerjakan karyanya sesuai dengan kreatifitasnya dengan dibatasi waktunya selama 2 jam. Setelah melalui sidang dewan juri yang berasal dari Sekolah Menengah Seni Rupa Yogyakarta, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dan Museum Batik Yogyakarta maka ditetapkan karya terbaik sebagai juara 1 untuk kategori desain batik peranakan khas Yogyakarta tingkat SMA/SMK diraih oleh pelajar SMK Negeri 2 Depok , Azzahra Salsabila.
“Banyak pelomba yang mengikuti kompetisi ini. Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT karena saya bisa menjadi juara kompetisi desain batik peranakan ini,” ujar siswi Stembayo kelas X yang bercita-cita menjadi arsitek ini. (Adnan Nurtjahjo/Mediacenter)