Sleman-Ajang bergensi pemberian Apresiasi Guru dan Kepala Sekolah Dedikatif, Inovatif dan Inspiratif, Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus yang diselenggarakan oleh Dirjen GTK, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Tahun 2020 ini, berbeda dari tahun sebelumnya dikarenakan kali ini masih dalam suasana Pandemi Covid-19. Pemberian apresiasi ini dimaksudkan untuk memberikan apresiasi kepada guru dan kepala sekolah yang terus mendedikasikan dirinya untuk tetap menyelenggarakan pendidikan dalam masa pandemi Covid-19 dengan penuh inovasi dan menginspirasi banyak orang.
Daswati Rofiatun Sahifah, Kepala SMP Muhammadiyah 1 Prambanan, bersama 781 peserta yang tersebar di 34 propinsi di Indonesia, turut serta mengikuti kegiatan ini. Berbekal kegiatan-kegiatan persekolahan yang dilakukan pada masa pandemi, Daswati akhirnya mengikatnya dalam balutan tulisan apik, yang disuguhkan secara detail kepada panitia. Template-template singkat dan padat berisi yang disiapkan panitia, tuntas sudah disiapkan. Sebuah judul indah, LENTERAMU (LAYANAN EDUKASI DAN TRAUMA CENTRE MUHAMMADIYAH) MENGUATKAN RASA SINERGITAS DI ERA PANDEMI, telah berhasil membawa ke tingkatan finalis 10 besar apresiasi ini.
Didukung oleh keluarga besar Iskandar Massijah (kedua orangtua Daswati yang telah almarhum dan selama pengabdian hidupnya adalah seorang guru SD dan SMK) yang terdiri dari 10 putra dan 10 menantu, dimana 16 putera diantaranya adalah guru, doa dan semangat itu hadir kian memberikan kekuatan lahir dan batin. Doa dan dukungan juga didapat dari seluruh guru karyawan SMP Muhammadiyah 1 Prambanan dan semua sahabatnya. Daswati ditemani oleh tim hebat gasspol dalam meramu narasi menjadi lebih apik dan indah dalam infografisnya, akhirnya telah mengantarkan SMP Muhammadiyah 1 Prambanan ke tangga pemberian apresiasi Terbaik III Kepala Sekolah Dedikatif dan Inovatif Sekolah penyelenggara Pendidikan Inklusi Tingkat Nasional Kemdikbud RI.
Perjalanan yang tidak ringan akan tetapi bukan berarti tidak mungkin diselesaikan. Alhamdulillah, sujud syukur hanya untuk Allah SWT yang telah memberikan anugerah ini. Semoga membawa keberkahan dan kebaikan untuk seluruh keluarga, sahabat dan tentunya kemajuan pendidikan di negeri tercinta ini.
SMP Muhammadiyah 1 Prambanan ini terletak di perbatasan Propinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta. Tepatnya di pusat destinasi wisata Candi Prambanan. Suasana Pandemi Covid yang melanda negeri tercinta kita di awal Bulan Maret 2020 telah memberikan dampak signifikan kepada seluruh sektor kehidupan, tak terkecuali adalah sektor pendidikan. SMP Muhammadiyah 1 Prambanan sebagai salah satu institusi yang bergerak dalam bidang pendidikan, yang memiliki 470 siswa, 37 guru dan 9 karyawan, tentu ikut mengalami dampak pandemi ini. Pembelajaran yang biasanya dilakukan secara tatap muka langsung di sekolah, situasi pandemi ini akhirnya memaksa semua pihak untuk beradaptasi. Pembelajaran menjadi berlangsung melalui jarak jauh, belajar dari rumah. Suka tidak suka, kondisi ini harus terus dijalani, demi tetap berlangsungnya layanan pendidikan kepada masyarakat.
Namun, belajar dari rumah bukan berarti tidak menyisakan permasalahan. Ada beberapa permasalahan yang timbul selanjutnya. Permasalahan itu antara lain, 1). kesediaan perangkat handphone siswa dan akses internet; 2). Kemampuan Teknologi Informasi guru; 3). Kejenuhan siswa. Pada awal maret 2020, siswa kami yang tidak memiliki handphone tercatat sebanyak 10 %. Sedangkan, pada bulan Juli 2020, data sudah berubah yakni 2,5 % siswa tidak memiliki handphone, 8,9 % siswa memiliki handphone dengan sinyal kurang stabil dan 88,6 % siswa memilki handphone dengan sinyal stabil. Kondisi ini tentu menjadi penyemangat untuk mencari solusi.
Pandemi bukan menjadi alasan utama untuk tidak maju. Pandemi bukan menjadi kendala untuk melangkah memberikan layanan pendidikan terbaik. Justeru, sekolah dengan dukungan dari keluarga dan masyarakat yang terbalut dalam Tri Pusat Pendidikan saling bersinergi bersama-sama mewujudkan nilai-nilai moral, spiritual, sosial, emosional dan lifeskills.
Berbagai dedikasi, inovasi dan inspirasi ini tentunya didukung oleh bukti nyata yang tersebar dalam google drive dan sosial media. Jadi bukanlah kegiatan fiktif, melainkan nyata terjadi.
Pandemi Covid adalah Qodarullah yang patut disikapi dengan bijak. Bukan untuk terpuruk melainkan bangkit berinovasi, all out, mencari solusi bersama. Layanan pendidikan harus terus berjalan. Dengan berbagai upaya sebagai wujud tanggung jawab sebagai seorang kepala sekolah yang diamanahi sebagai lokomitif perubahan. Semua lini bahu membahu. Kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, orangtua dan masyarakat untuk menyukseskan pendidikan di masa pandemi. Tercatat, sebagai refleksi bersama, meskipun 55 % siswa mengalami kejenuhan dari 200 responden yang mengisi kuisioner, terbukti 86 % orangtua telah berhasil mendamping siswa belajar di rumah dengan baik, dan 12 % masyarakat dari siswa tinggal, telah mendukung dengan pemberian layanan wifi corner guna menunjang belajar jarak jauh. Layanan kepada salah satu siswa inklusi juga diberikan lebih maksimal.
Dedikasi dan inovasi yang dilakukan, hendaknya memberikan inspirasi kepada semua pihak. Kreaasi dan inovasi adalah karya prestasi bersama, yang akan menjadi prasasti, dalam bingkai amal sholeh yang akan menjadi saksi kelak berjumpa dengan Allah SWT sebagai amalan yang tidak akan pernah putus, insyaAllah. Aamiin. (DRS)