Sleman-Dalam rangka mewujudkan pendidikan yang berkualitas, yaitu pendidikan yang adaptif untuk mempersiapkan seorang peserta didik agar menjadi individu cerdas dan berkarakter yang nantinya mampu menghadapi kehidupan sesuai dengan jamannya diperlukan sekolah yang mau dan mampu melakukan transformasi pendidikan sekaligus menjawab tantangan revolusi industri 4.0. Relevansi dengan masa depan itu bisa dicapai ketika individu berpegang teguh pada pendirian, tak takut untuk reinventing (menemukan kembali) dirinya, sehingga bakat, kompetensi, dan skill akan beradaptasi dengan sendirinya.
Sekolah sebagai arena pendidikan harus mampu menawarkan optimisme di tengah ancaman-ancaman masa depan. Salah satu bentuk transformasi pendidikan di sekolah yaitu dengan mewujudkan suatu ekosistem sekolah yang menyenangkan dan memberi ruang bagi tumbuhnya keunikan potensi peserta didik. Hal tersebut diperlukan untuk mengasah keterampilan anak menghadapi permasalahan dengan pola pikir yang terbuka, berpikir kritis, kreatif, komunikatif, kolaboratif, dan berkarakter dalam hal moral dan etos kerja.
Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) hadir sebagai salah satu strategi transformasi pendidikan yang adaptif. Konsep GSM turut aktif dalam penciptaan kultur pendidikan yang adaptif dengan perubahan zaman. Terdapat 4 area perubahan yang menjadi sasaran perubahan GSM, yaitu penciptaan lingkungan fisik yang menyenangkan, metode mengajar guru yang menuntun pada pola pembelajaran yang melatih keterampilan fokus dan keseimbangan emosional, pengembangan karakter peserta didik, serta keterkoneksian sekolah dengan orang tua/wali, stakeholder sekolah, dan pihak luar.
GSM diharapkan mampu mewujudkan penciptaan ekosistem sekolah yang kondusif dan menyenangkan. Suasana belajar yang menyenangkan merupakan wujud dari implementasi kompetensi paedagogik guru, dimana guru harus mengenal siswa secara individu sehingga diharapkan peserta didik benar-benar siap untuk memulai pembelajaran. Dengan demikian proses pembelajaran akan bisa berlangsung dengan baik dan siswa merasa senang tidak terbebani. Hal tersebut diharapkan akan memberikan bekal kepada peserta didik untuk menjadi generasi yang bisa survive di jaman yang akan datang dengan menjadikan peserta didik sebagai generasi yang berkarakter, literat dan memiliki kompetensi. Kompetensi tersebut mencakup kemampuan untuk berpikir kritis, memiliki kreativitas yang tinggi, mampu berkomunikasi dengan baik dan mampu berkolaborasi secara positif.
Pada Selasa (12/11), bertempat di SMP Negeri 2 Sleman sebagai salah satu rintisan Sekolah GSM Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman telah meluncurkan dan meresmikan GSM. Kegiatan ini bertujuan untuk mendiseminasikan program GSM sekaligus menetapkan 17 SD Negeri dan 8 SMP Negeri sebagai Sekolah Model GSM Tahun 2019. Hadir pula dalam peresmian ini adalah Bupati Sleman Sri Purnomo. “Kami sangat memberikan apresiasi kepada dinas pendidikan, SD, smp yang telah menyelenggarakan gerakan sekolah menyenangkan dan bapak ibu yang berjuang untuk mengimplementasikan gerakan sekolah menyenangkan”, tutur Sri Purnomo.
Dalam kesempatan yang sama Founder GSM juga memberikan sambutan. “ Kita tidak boleh membebani guru tetapi perlu pendampingan dengan kunjungan dan sosial media, coaching. Membangun semangat kolaborasi bukan kompetensi antar sekolah. Pendidikan Karakter harus ada di setiap perubahan perilaku”.