Wabah (COVID-19) datang bagaikan badai yang memporakporandakan kehidupan manusia. Jutaan korban COVID-19 berjatuhan tanpa pandang bulu. Ironisnya, ilmuwan di seluruh dunia belum menemukan obatnya. COVID-19 kini telah menjelma menjadi monster yangg menakutkan bagi manusia di abad moderen.
Dampaknya adalah makin redupnya aktivitas ekonomi. Masyarakat menengah ke bawah sudah mulai menjerit karena hilangnya mata pencahariaan dan hilangnya pekerjaan. Hampir tak banyak aktivitas masyarakat yang dapat dilakukan. Pemerintah melakukan pembatasan sosial (social distance) dan pembatasan fisik (phisical distance) membuat ruang gerak masyarakat makin sempit. Mereka dihimbau untuk tinggal di rumah entah untuk berapa lama. Semua aktivitas sedapat mungkin dilakukan dari rumah untuk mengurangi kontak fisik sesama. Kemudian muncul istilah Work From Home (WFH) bagi para pegawai dan pekerja. E-learning, online learning, atau belajar di rumah bagi pelajar dan mahasiswa.
Menyikapi kondisi ini, Dinas Pendidikan merespon dengan mengeluarkan kebijakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) jarak jauh melalui daring (online) bagi semua satuan pendidikan. Hiruk-pikuklah dunia pendidikan Indonesia karena KBM jarak jauh menuntut penguasaan teknologi digital dan teknologi informasi. Keluhan pelaksanaan KBM terutama datang dari orang tua siswa/wali murid. Mereka dituntut untuk berperan ganda: menggantikan peran guru mendampingi belajar anak, menjadi fotografer sekaligus kameramen untuk mendokumentasikan semua kegiatan belajar anak. Belum lagi harus membantu mengerjakan tugas yang diberikan kepada anak setiap hari. The Power of kepepet membuat mereka mampu melakukan semua itu.
KBM jarak jauh membuat semua orang harus belajar menguasai teknologi digital dan informasi. Pengelola Sekolah/Satuan Pendidikan, guru, siswa, tenaga kependidikan, serta orang tua tak terkecuali. Mereka dipaksa oleh keadaan untuk belajar teknologi. Namun sisi positifnya mereka terpaksa belajar teknologi digital beserta pernak-perniknya. Disinilah terlihat pentingnya literasi digital bagi masyarakat moderen. Pengetahuan teknologi yang seharusnya sudah dikuasi beberapa waktu silam.
Pengertian Literasi Digital
Menurut Wikipedia, literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari. Literasi digital juga merupakan kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mengkomunikasikan konten/informasi dengan kecakapan kognitif dan teknikal.1) Pengertian literasi digital kemudian lebih banyak dikaitkan dengan keterampilan teknis mengakses, merangkai, memahami, dan menyebarluaskan informasi.
Perkembangan teknologi digital di Indonesia tidak lepas dari ketersediaan infrastruktur berupa jaringan internet, yang mulai berkembang pesat sejak masuknya jaringan 4G (Fourth Generation) pada tahun 2010 dan berkembang menjadi 4G LTE pada tahun 2013.2)
Dukungan jaringan 4G pada jaringan seluler dan makin banyaknya perusahaan penyelenggara jasa internet (Internet Service Provider/ISP) yang menyediakan internet kecepatan tinggi (broadband) membuat penggunaan teknologi internet lebih berkembang luas. Banyak perusahaan yang membangun aplikasi internet untuk mendukung pengembangan usahanya. Website tidak lagi statis, tetapi lebih dinamis dan lebih agresif menangkap peluang yang ada. Market place dan online shop mulai bermunculan. Industri kreatif pun tak kalah gesitnya mengambil peluang dengan menciptakan startup-startup baru kelas dunia. Masyarakat kita mulai belajar transaksi online.
Sekitar tahun 2015/2016, munculnya aplikasi ojek online sedikit demi sedikit mempengaruhi perilaku masyarakat kita. Kebiasaan-kebiasaan konvensional mulai bergeser kepada kebiasaan online. Belajar online, belanja online, transaksi online, dan bahkan pesan makanan online telah mulai menjadi bagian aktivitas sehari-hari masyarakat. Pengaruhnya mulai terlihat, toko-toko konvensional mulai sepi tergeser oleh kehadiran toko-toko online yang mulai menjamur. Pengaruh teknologi digital di dunia pendidikan juga sudah dirasakan sejak lama. Kegiatan belajar mengajar tidak lagi dilakukan secara konvensional berupa tatap muka di kelas, tetapi dapat juga dilakukan secara daring (online). Sumber referensi tidak hanya dari buku, ebook dan internet dapat pula menjadi bahan referensi alternatif. Perubahan budaya/perilaku masyarakat karena pengaruh teknologi informasi inilah yang kemudian disebut sebagai era disrupsi.3)
Manfaat Literasi Digital
Saat ini kita sudah berada pada era Revolusi Industri 4.0., dimana penguasaan teknologi digital menjadi sebuah keniscayaan. Bukan lagi menjadi sebuah pilihan tetapi menjadi sebuah keharusan.
Menurur Rektor Institut Teknologi Bandung Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA, era Teknologi Industri 4.0 ditandai dengan munculnya Internet of Think (semua berbasis internet), Artificial Intelengence/AI (kecerdasan buatan), cloud computing, blog chain, big data, dll.4) Pengetahuan dan keterampilan memanfaat teknologi digital mutlak diperlukan agar dapat mengikuti perkembangan jaman yang semakin cepat. Internetlah yang menciptakan percepatan tersebut.
Banyak manfaat yang diperoleh dari literasi digital, antara lain:
- Memperoleh dan menyebarkan informasi dengan cepat.
- Membantu pengambilan keputusan lebih cepat.
- Belajar lebih cepat dengan sumber referensi yang melimpah
- Menghemat waktu, tenaga dan biaya
- Mempermudah proses komunikasi, dan masih banyak lagi.
Kesenjangan Digital (Digital divide)
Kondisi sosial dan geografis Indonesia membuat ketersediaan infrastruktur tidak merata di setiap daerah sehingga menciptakan gab/kesenjangan dalam hal akses dan penguasaan digital (digital divide).5) Kondisi di kota dengan adanya jaringan Broadband yang melimpah tentu berbeda dengan kondisi di desa yang sinyalnya timbul tenggelam. Selain itu, digital devide juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, diantaranya faktor ekonomi, tingkat pendidikan, kebutuhan, dan pola pikir masyarakat.
Di perkotaan pun masih banyak terjadi kesenjangan digital, yang lebih kepada masalah keminatan dan kebutuhan. Sebagian masyarakat kita justru lebih tertarik memanfaat teknologi digital untuk kebutuhan media sosial: ngobrol, ngerumpi, aktualisasi diri, berbagi foto/video, bahkan tidak jarang menjadikannya sebagai ajang ujaran kebencian dan penyebaran hoax.
Pengalaman saya bersama dengan teman-teman GRADASI (Generasi digital Indonesia) dalam sosialisasi pemanfaat teknologi digital dan jejaring, banyak masyarakat yang kurang tertarik belajar teknologi digital karena dianggap sulit dan ribet. Sehingga ketika kami tawarkan mengikuti pelatihan, bahkan gratis, kurang mendapat respon positif. Merasa belum membutuhkan adalah alasan utama yang membuat mereka malas belajar.
Menumbuhkan Budaya Literasi Digital
Literasi digital dapat dikembangkan di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Literasi digital di sekolah melibatkan sekolah, siswa, guru, tenaga kependidikan, dan kepala sekolah yang diharapkan mampu untuk mengakses, memahami, serta menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, dan jaringannya. Dengan kemampuan tersebut sekolah dapat menciptakan sistem pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangkan. Para guru semakin mudah dalam menyiapkan dan menyajikan bahan ajar dan metode pembelajaran yang lebih variatif. Para siswa pun dapat memiliki pengalaman belajar yang lebih luas dan merdeka,
Pengembangan literasi digital dalam keluarga, melibatkan seluruh anggota keluarga dengan orang tua menjadi garda terdepan dalam proses literasi digital di ranah keluarga. Ayah dan ibu dituntut untuk memiliki literasi digital yang mumpuni agar dapat mengarahkan anak-anaknya memanfaatkan teknologi digital secara bijak. Orang tua berperan mendampingi putra-putrinya memanfaatkan konten-konten yang positif dan membentengi dari pengaruh negatif dunia digital. Pornografi adalah konten yang paling dikhawatirkan oleh sebagian besar orang tua. Untunglah, pemerintah secara serius telah melakukan pemblokiran situs-situs porno sehingga membuat lega para orang tua.
Literasi digital masyarakat dapat dikembangkan mulai dari lingkungan RT/RW, Pemerintah Desa, kelompok Dasa Wisma, PKK, karang taruna, kelompok pengajian/kerohanian, organisasi profesi, dan organisasi masyarakat lainnya. Literasi digital masyarakat dapat berfungsi untuk memperlancar arus informasi dan komunikasi antar elemen masyarakat, sehingga dapat membantu menjawab permasalahan yang ada di masyarakat. Literasi digital dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup dan menambah wawasan, pengetahuan, dan ketrampilan masyarakat sehingga dapat berpengaruh pada pola pikir dan perilaku masyarakat dalam menghadapi perubahan jaman.
Mengingat manfaat dan peranannya yang sangat penting dalam kehidupan manusia moderen, literasi digital perlu terus dikembangkan sebagai bagian dari pembelajaran sepanjang hayat.
(Drs. Suhartoyo-Ketua HIPKI Kabupaten Sleman)
Sumber referensi:
- https://id.wikipedia.org/wiki/Literasi_digital
- https://id.wikipedia.org/wiki/4G
- https://radarjember.jawapos.com/opini/07/12/2019/tantangan-masyarakat-di-era-disrupsi/
- https://www.itb.ac.id/news/read/57037/home/memahami-berbagai-perubahan-di-era-revolusi-industri-40
- https://idewaayumira.wordpress.com/2016/08/02/digital-devide-dan-knowledge-divide/